Lempar Tanggung Jawab Antara Pemerintah Daerah dan Provinsi: Kendala di Dinas Perhubungan Jabar dan Kota Bandung
UPTD LLAJ Wilayah II Dishub Jabar Berkolaborasi dengan BPTD, Polrestabes, dan Dishub Kota Bandung untuk Atasi Kemacetan
Petualangan Seru Rafting di Sungai Palayangan, Situ Cileunca Pangalengan
Insightcybermedia, Bandung-Jika Anda mencari pengalaman yang memacu adrenalin sekaligus menikmati keindahan alam, rafting di Sungai Palayangan, Situ Cileunca, Pangalengan, bisa menjadi pilihan yang sempurna. Dengan panjang aliran sejauh 5 km dan biaya sebesar Rp150.000 per orang, aktivitas ini menawarkan sensasi seru yang sulit dilupakan.
Perjalanan dimulai dari Situ Cileunca, sebuah danau buatan yang telah menjadi salah satu ikon wisata Pangalengan. Sebelum memulai rafting, peserta biasanya diajak menyusuri danau menggunakan perahu karet. Pemandangan tenang danau yang dikelilingi oleh pegunungan hijau memberi kesempatan untuk meresapi suasana alam yang damai sebelum tantangan dimulai.
Air di Situ Cileunca begitu jernih, mencerminkan bayangan pepohonan rindang yang mengelilinginya. Udara segar khas dataran tinggi semakin menambah kenyamanan perjalanan awal ini. Di sini, Anda juga bisa melihat berbagai aktivitas wisatawan lain, seperti berperahu atau menikmati berbagai fasilitas di sekitar danau.
Setelah menyusuri Situ Cileunca, perjalanan berlanjut ke Sungai Palayangan. Aliran sungai ini dikenal cukup ekstrem dengan jeram-jeramnya yang menantang. Meskipun begitu, rafting di sini tetap aman karena setiap peserta akan dilengkapi dengan perlengkapan keamanan seperti helm dan pelampung, serta didampingi oleh pemandu berpengalaman.
Di sepanjang aliran sungai, Anda akan melewati beberapa jeram dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. Beberapa jeram memberikan sensasi adrenalin yang tinggi, sementara yang lain memungkinkan Anda untuk sedikit santai dan menikmati keindahan sekitar.
Salah satu daya tarik utama dari rafting di Sungai Palayangan adalah pemandangan alam yang luar biasa. Sepanjang perjalanan, mata Anda akan dimanjakan oleh hutan yang rimbun, aliran air yang jernih, dan suara gemericik air yang menenangkan.
Tidak hanya itu, di beberapa titik, Anda juga bisa melihat beragam resort dan penginapan yang tersebar di sekitar sungai. Kehadiran resort-resort ini menambah daya tarik bagi wisatawan yang ingin menikmati pengalaman rafting sekaligus menginap di tempat yang nyaman dan asri.
Rafting di Sungai Palayangan, Situ Cileunca, Pangalengan, adalah kombinasi sempurna antara tantangan dan relaksasi. Keindahan alam, jeram yang memacu adrenalin, serta suasana yang asri menjadikan aktivitas ini cocok untuk siapa saja yang ingin merasakan petualangan unik. Jadi, jika Anda berada di Pangalengan, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati sensasi rafting di tempat ini!
Repoter: Reni Nursakinah
Endah Budi Heryani: Pemimpin yang Berkomitmen Memajukan Pelestarian Budaya di Indonesia
Insightcybermedia, Bandung – Sebagai Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI, Endah Budi Heryani tidak hanya bertanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia, tetapi juga memainkan peran kunci dalam memperkenalkan kekayaan budaya tersebut kepada masyarakat luas. Dengan dedikasi dan semangat yang tinggi, Endah mengemban tugas berat untuk memastikan bahwa budaya Indonesia yang beragam tetap hidup dan relevan di tengah perkembangan zaman.
Endah Budi Heryani bukanlah sosok yang asing dalam dunia pelestarian budaya. Sebelum menjabat sebagai Kepala BPK Wilayah XI, Endah telah lama berkecimpung di bidang kebudayaan. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat di bidang seni dan budaya, serta pengalaman profesional yang luas, Endah membawa pengetahuan mendalam yang menjadi modal utama dalam mengelola pelestarian budaya di wilayah yang mencakup provinsi Jawa Barat dan Banten.
Sebagai seorang perempuan yang memiliki passion di bidang kebudayaan, Endah tidak hanya berfokus pada aspek administratif, tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai kegiatan pelestarian dan pengembangan budaya. Ia memiliki visi yang jelas mengenai pentingnya melestarikan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa dan memperkenalkan keberagaman budaya kepada generasi muda.
Sebagai Kepala BPK Wilayah XI, Endah Budi Heryani menghadapi berbagai tantangan yang datang seiring dengan perubahan zaman dan dinamika sosial. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga keberagaman budaya Indonesia yang sangat kaya agar tidak hilang atau terlupakan di tengah arus globalisasi yang semakin pesat.
"Perkembangan teknologi dan media sosial memberikan dampak yang besar terhadap cara kita mengakses dan memandang budaya. Tantangannya adalah bagaimana kita bisa membuat budaya tradisional tetap relevan dan menarik bagi generasi muda, yang lebih cenderung terpapar budaya populer," ujar Endah saat ditemui di kantornya.
Untuk itu, Endah berkomitmen untuk menciptakan program-program pelestarian yang lebih inovatif dan berorientasi pada masa depan, sambil tetap menjaga nilai-nilai tradisional yang ada. Salah satu langkah yang diambil oleh Endah adalah memperkenalkan budaya melalui teknologi, seperti pengembangan aplikasi digital yang menampilkan cerita rakyat, seni tradisional, dan sejarah daerah.
Di bawah kepemimpinan Endah, BPK Wilayah XI telah meluncurkan berbagai program pelestarian yang melibatkan masyarakat setempat, mulai dari pembuatan dokumentasi budaya, workshop seni dan kerajinan tradisional, hingga festival budaya yang mengangkat kekayaan lokal. Salah satu program unggulan yang dicanangkan adalah penguatan nilai-nilai budaya melalui pendidikan, di mana Endah melibatkan sekolah-sekolah dan universitas untuk menyelenggarakan program pelatihan bagi siswa dan mahasiswa mengenai pentingnya melestarikan budaya.
Tak hanya itu, Endah juga aktif dalam membangun kemitraan dengan komunitas seni, lembaga pemerintah, serta sektor swasta untuk menciptakan kolaborasi dalam upaya pelestarian budaya. "Pelestarian budaya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, kami terus berusaha untuk mengajak masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk berperan aktif dalam upaya ini," jelas Endah.
Endah menyadari bahwa pelestarian budaya tidak hanya dapat dilakukan dengan cara-cara konvensional. Dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah, ia terus mencari inovasi yang dapat membuat budaya Indonesia tetap hidup dan berkembang. Salah satu inisiatif yang diperkenalkan adalah pemanfaatan platform digital dan media sosial sebagai sarana edukasi dan promosi budaya. Endah percaya bahwa dengan cara ini, budaya tradisional akan lebih mudah diakses oleh masyarakat, terutama generasi muda yang lebih familiar dengan teknologi.
Salah satu contoh nyata dari inovasi tersebut adalah penyelenggaraan festival budaya yang melibatkan media sosial untuk menyebarkan informasi dan menarik minat masyarakat lebih luas. Melalui platform digital, Endah berharap agar masyarakat bisa lebih mudah mengenal, mengapresiasi, dan ikut serta dalam menjaga kebudayaan lokal.
Bagi Endah, pelestarian budaya bukan hanya soal menjaga warisan, tetapi juga soal membangun kesadaran akan pentingnya keberagaman budaya bagi kehidupan sosial dan nasional. Ia sangat mengutamakan peran masyarakat dalam menjaga kekayaan budaya tersebut. Menurutnya, salah satu cara terbaik untuk menjaga budaya adalah dengan membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal, yang harus dimulai dari pendidikan sejak dini.
"Ketika masyarakat, terutama anak muda, mulai mencintai dan mengapresiasi budaya mereka sendiri, pelestarian akan berjalan dengan lebih alami dan berkelanjutan," tambah Endah.
Endah Budi Heryani adalah seorang pemimpin yang tidak hanya berdedikasi dalam tugasnya sebagai Kepala BPK Wilayah XI, tetapi juga berkomitmen untuk memajukan pelestarian budaya Indonesia melalui berbagai inovasi dan pendekatan yang relevan dengan perkembangan zaman. Dengan semangatnya, Endah terus berupaya untuk menjaga kekayaan budaya Indonesia agar tetap hidup, berkembang, dan dihargai oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda. Dedikasinya menunjukkan bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama yang harus dijaga untuk mewariskan identitas bangsa kepada generasi mendatang.
Reporter: Raja Muhammad Akmal
Keindahan Bandung dari Ketinggian: Menikmati Pesona Kota dari Cafe Senja
Insightcybermedia, Bandung – Kota Bandung tak hanya dikenal sebagai pusat kreatifitas dan kuliner, tetapi juga memiliki sejumlah tempat dengan pemandangan memukau. Salah satu destinasi terbaru yang menawarkan panorama kota yang luar biasa adalah Cafe Senja, sebuah kafe yang terletak di dataran tinggi dengan pemandangan spektakuler.
Berlokasi di kawasan yang cukup strategis, Cafe Senja menyuguhkan pengalaman unik bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana Bandung dari ketinggian. Dikelilingi oleh perbukitan hijau dan angin sejuk pegunungan, kafe ini menjadi tempat yang tepat untuk melepas penat sambil menikmati keindahan alam yang tak tertandingi. Dengan desain interior yang modern dan sentuhan alami, cafe ini memberikan suasana hangat dan nyaman bagi siapa saja yang datang.
Salah satu daya tarik utama Cafe Senja adalah pemandangannya. Dari kafe ini, pengunjung bisa menyaksikan keindahan Bandung yang terbentang luas, dengan gedung-gedung tinggi yang menyatu dengan latar belakang pegunungan yang hijau. Terlebih lagi, pada sore hari, saat senja tiba, suasana menjadi semakin memesona. Langit yang berubah warna menjadi jingga, merah, dan ungu, berpadu dengan lampu-lampu kota yang mulai menyala, menciptakan suasana yang romantis dan magis.
Cafe Senja juga menawarkan ruang bersantai yang nyaman, dengan berbagai pilihan tempat duduk baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan yang langsung menghadap ke pemandangan kota. Setiap sudutnya didesain agar pengunjung merasa betah berlama-lama. Tak hanya itu, berbagai sajian minuman hangat dan makanan ringan yang disajikan di kafe ini semakin menambah kenikmatan saat menikmati keindahan alam Bandung.
Bagi pecinta fotografi, Cafe Senja adalah tempat yang wajib dikunjungi. Keindahan alam yang menawan, dikombinasikan dengan desain interior yang estetis, membuat setiap sudut kafe ini menjadi spot foto yang menarik. Banyak pengunjung yang datang hanya untuk berburu foto di berbagai area, memanfaatkan pemandangan sunset atau cityscape yang menakjubkan sebagai latar belakang.
Cafe Senja di Bandung menawarkan lebih dari sekadar tempat makan dan minum; ia memberikan pengalaman menikmati kota yang indah dari sudut pandang yang berbeda. Keindahan Bandung yang terhampar luas, dipadu dengan suasana senja yang menenangkan, menjadikan cafe ini sebagai salah satu destinasi baru yang wajib dikunjungi bagi wisatawan maupun warga lokal yang ingin menikmati keindahan kota dengan cara yang berbeda.
Reporter: Raja Muhammad Akmal
Kemacetan Lalu Lintas Kota Bandung: Antara Jumlah Kendaraan yang Meningkat dan Kurangnya Fasilitas Angkutan Umum
Kenaikan jumlah kendaraan bermotor di Bandung setiap tahunnya menjadi salah satu penyebab utama kemacetan yang semakin parah. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, jumlah kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor, tercatat terus meningkat. Pada 2022, jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung sudah mencapai lebih dari 3 juta unit, sebuah lonjakan yang signifikan dibandingkan dengan 2,7 juta unit pada 2017. Fenomena ini tak lepas dari pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat dan tingginya daya beli masyarakat terhadap kendaraan pribadi.
Namun, peningkatan jumlah kendaraan ini tak diimbangi dengan ketersediaan ruang jalan yang memadai. Jalan-jalan utama yang dulu cukup luas kini dipenuhi kendaraan yang terjebak dalam antrean panjang. Hal ini tentu saja menyebabkan kelancaran lalu lintas terganggu, bahkan pada jam-jam non-puncak.
Seorang pengendara, Dedi, yang biasa melintas di kawasan Jalan Pasteur mengungkapkan, "Sekarang, hampir setiap hari saya terjebak macet, bahkan pagi-pagi jam 7 sudah penuh sesak. Dulu, saya bisa sampai kantor dalam 30 menit, sekarang bisa sampai satu jam lebih."
Di sisi lain, meskipun kemacetan semakin parah, angkutan umum di Bandung masih jauh dari memadai. Transportasi publik di Kota Bandung masih bergantung pada angkot dan bus kota yang jumlahnya terbatas. Selain itu, armada yang ada sering kali tidak teratur dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mobilitas warga yang terus meningkat. Hal ini menyebabkan banyak orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena dinilai lebih efisien.
Menurut data yang dihimpun dari Dinas Perhubungan, meskipun angkutan umum seperti Trans Metro Bandung (TMB) dan angkot sudah ada, namun sistem transportasi ini belum mencakup seluruh wilayah Kota Bandung secara optimal. Jangkauan jalur angkutan umum masih terbatas, dan banyak area yang tidak terjangkau oleh transportasi publik. Ditambah lagi, seringkali angkutan umum tersebut tidak beroperasi dengan jadwal yang tetap dan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup.
Agus, seorang mahasiswa yang tinggal di kawasan Ujungberung, mengungkapkan pengalamannya, "Mau naik bus TMB itu susah, jamnya gak tetap dan rutenya gak sampai rumah saya. Kalau saya pakai angkot, sering banget harus nunggu lama, belum lagi kondisi angkot yang kadang sudah penuh."
Reporter: Mullah Muhammad Usamah
Buya Hamka: Pemikir Agama dan Kebudayaan yang Menginspirasi Indonesia
Tren Skincare di Kalangan Para Pria: Meningkatnya Kesadaran dan Kebutuhan Perawatan Kulit
Taman Batu: Wisata Mata Air Tersembunyi di Desa Cipendeuy Purwakarta
Piala AFF: Dari Bergengsi Menjadi Tidak Relevan di Mata Netizen Indonesia
Warbak (Warung Bako): Tempat Ngopi Pecinta Kopi di Bandung Timur
Trans Metro Pasundan Sediakan Kursi Merah Khusus untuk Pelanggan Prioritas
Kursi merah ini ditempatkan di area yang mudah diakses dan dirancang dengan kenyamanan tinggi, guna memastikan bahwa penumpang dengan kebutuhan khusus dapat menikmati perjalanan dengan lebih aman dan nyaman. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Trans Metro Pasundan untuk memberikan layanan yang inklusif dan memperhatikan kepentingan berbagai lapisan masyarakat.
"Kami ingin memastikan bahwa setiap penumpang, khususnya yang membutuhkan perhatian lebih, dapat merasakan kenyamanan saat menggunakan layanan Trans Metro Pasundan. Dengan adanya kursi merah ini, kami berharap dapat memberikan kemudahan bagi lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas untuk mendapatkan tempat duduk yang layak dan aman," ungkap Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat dalam acara peluncuran fasilitas ini.
Selain itu, petugas di setiap bus juga dilatih untuk memberikan dukungan kepada pelanggan prioritas yang membutuhkan bantuan lebih, seperti membantu mereka naik ke bus atau memberikan tempat duduk jika diperlukan.
Penyediaan kursi merah ini juga menjadi bagian dari upaya Trans Metro Pasundan dalam mendukung keberagaman dan kesetaraan akses di bidang transportasi umum. Di masa depan, pihak Trans Metro Pasundan berencana untuk terus melakukan evaluasi dan pengembangan fasilitas ini untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan bagi seluruh penumpangnya.
Reporter: Mullah Muhammad Usamah
Dishub Jabar Lakukan Ramp Check Bersama Dishub Kota Bandung, Polrestabes Bandung, dan BPTD Kelas II Jabar di Terminal Leuwipanjang
Ramp check yang dilaksanakan di Terminal Leuwipanjang ini melibatkan pemeriksaan teknis menyeluruh terhadap kendaraan angkutan umum yang melintas. Pemeriksaan tersebut mencakup beberapa komponen penting, seperti kondisi mesin kendaraan, rem, sistem kelistrikan, hingga komponen vital lainnya seperti ban dan sistem suspensi. Para petugas dari Dishub Jabar, Dishub Kota Bandung, Polrestabes Bandung, dan BPTD Kelas II Jabar melakukan pemeriksaan dengan teliti, untuk memastikan kendaraan dalam kondisi aman dan layak beroperasi.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Asep Dedi, menjelaskan bahwa ramp check ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan keselamatan angkutan umum, terutama menjelang puncak arus mudik dan liburan. "Kami ingin memastikan bahwa setiap kendaraan angkutan umum yang beroperasi memiliki kondisi teknis yang prima, untuk menjamin keselamatan penumpang. Pemeriksaan meliputi semua aspek teknis, mulai dari mesin, rem, ban, hingga lampu kendaraan," ujar Asep.
Selain memastikan kondisi fisik kendaraan, pemeriksaan kelaikan juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kelalaian dalam perawatan kendaraan. Seorang petugas pemeriksa dari Dishub Kota Bandung, Iwan, menyatakan, "Pemeriksaan meliputi berbagai komponen, seperti mesin, ban, hingga kelengkapan surat-surat kendaraan. Kami ingin memastikan tidak ada yang terlewat, karena setiap komponen yang tidak berfungsi dengan baik berpotensi membahayakan keselamatan penumpang."
Bagi kendaraan yang memenuhi standar kelayakan, petugas kemudian melakukan penempelan stiker khusus yang menunjukkan bahwa kendaraan tersebut telah diuji dan dinyatakan laik jalan. Stiker ini menjadi tanda bagi masyarakat bahwa kendaraan yang bersangkutan telah melalui serangkaian pemeriksaan teknis dan dianggap aman untuk beroperasi.
Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol. Ibrahim, yang turut serta dalam kegiatan ramp check, menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai instansi dalam menjaga keamanan dan keselamatan angkutan umum. "Kami akan terus bekerja sama dengan Dishub dan BPTD untuk memastikan bahwa angkutan umum yang beroperasi di wilayah Bandung aman dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kami juga akan melakukan patroli untuk mengawasi kendaraan yang tidak memenuhi syarat kelaikan," ujar Ibrahim.
Ramp check yang dilakukan hari ini di Terminal Leuwipanjang diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang akan menggunakan angkutan umum selama musim liburan mendatang. Dengan pemeriksaan menyeluruh terhadap kendaraan, serta penempelan stiker laik jalan sebagai tanda kendaraan yang teruji, diharapkan dapat mengurangi potensi kecelakaan lalu lintas dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap angkutan umum.
Kegiatan ini juga menjadi contoh positif dari kerjasama antara Dishub Jabar, Dishub Kota Bandung, Polrestabes Bandung, dan BPTD Kelas II Jabar dalam menjaga keselamatan transportasi publik di wilayah Bandung. Diharapkan, pemeriksaan rutin dan peningkatan pengawasan kendaraan angkutan umum ini dapat terus dilanjutkan demi terciptanya sistem transportasi yang lebih aman, nyaman, dan terpercaya.
Reporter: Mullah Muhammad Usamah
Bersyukur Menentramkan Hati
Rajin Sedekah, Maka Rezeki Lancar
Paradoks Jawa Barat: Angka Pengangguran Turun, Masalahnya Masih Berakar
Insightcybermedia, Bandung - Penurunan angka pengangguran di Jawa Barat bisa dibilang menjadi angin segar di tengah perekonomian yang stagnan. Namun, di balik data yang terlihat menggembirakan, ada realitas lain yang tidak bisa diabaikan: sempitnya peluang kerja, ketidaksesuaian pendidikan, serta lonjakan jumlah angkatan kerja yang belum tertampung. Jadi, apakah penurunan ini benar-benar sebuah kemajuan, atau hanya tampak bagus di permukaan tetapi menyisakan masalah mendalam?
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Barat memang mengalami penurunan, dari 7,44% pada tahun 2023 menjadi 6,75% di Agustus 2024. Angka ini tentu layak diapresiasi, tetapi jika kita telusuri lebih jauh, penurunan sebesar 0,69% ini bisa saja bersifat sementara dan belum menyentuh permasalahan utamanya.
Salah satu persoalan utama adalah terbatasnya lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat belum diiringi dengan penciptaan pekerjaan yang cukup signifikan. Meski beberapa industri berkembang, sayangnya mereka belum mampu menyerap tenaga kerja lokal dalam jumlah besar, terutama di tengah persaingan global yang semakin ketat. Selain itu, pekerjaan yang tersedia sering kali membutuhkan keterampilan khusus yang belum dikuasai oleh sebagian besar pencari kerja.
Tantangan ini diperparah oleh ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan industri. Banyak lulusan sekolah dan perguruan tinggi di Jawa Barat yang hanya memiliki keterampilan dasar yang kurang relevan dengan dunia kerja saat ini. Fenomena pengangguran terdidik pun tidak terhindarkan, di mana lulusan dengan gelar tinggi justru kesulitan mendapatkan pekerjaan. Hal ini menegaskan bahwa perbaikan sistem pendidikan agar lebih selaras dengan kebutuhan pasar kerja sudah menjadi keharusan.
Di sisi lain, tingginya pertumbuhan angkatan kerja juga menjadi persoalan yang tidak bisa dianggap remeh. Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Jawa Barat mengalami lonjakan tenaga kerja setiap tahunnya. Sayangnya, lapangan pekerjaan yang tersedia belum mampu mengimbangi pesatnya pertumbuhan ini, sehingga angka pengangguran tetap tinggi.
Faktor lain yang turut berkontribusi adalah daya beli masyarakat yang stagnan. Ketika daya beli rendah, ekonomi lokal ikut lesu dan permintaan tenaga kerja pun terbatas. Akibatnya, dunia usaha enggan merekrut banyak tenaga kerja karena permintaan pasar yang tidak stabil. Situasi ini menciptakan lingkaran yang membuat perekonomian Jawa Barat sulit bergerak maju.
Untuk itu, pemerintah perlu segera mengambil langkah konkret. Mendorong investasi yang fokus pada penciptaan lapangan kerja, memperbaiki sistem pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan industri, serta menyediakan program pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja adalah beberapa solusi yang bisa diterapkan. Di sisi lain, meningkatkan daya beli masyarakat melalui kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat juga akan membantu memacu pertumbuhan sektor usaha lokal.
Meskipun angka pengangguran turun, bukan berarti persoalan ketenagakerjaan di Jawa Barat sudah selesai. Tantangan seperti terbatasnya peluang kerja, ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan industri, serta tingginya pertumbuhan angkatan kerja harus diselesaikan dengan pendekatan yang menyeluruh dan strategis. Jika tidak, penurunan angka pengangguran ini hanya akan menjadi angka di atas kertas, sementara realitas di lapangan tetap menyisakan persoalan yang nyata.
Penulis: Muhammad Rasyid Faizulhaq
Parkir Lliar Bandung: Satu Langkah, Satu Tarikan Biaya
Insightcybermedia, Bandung - Jika Anda pernah berjalan atau berkendara di Bandung, pasti memahami keluhan ini: parkir liar ada di mana-mana, seolah muncul setiap 10 meter. Mau belok kiri, ada parkir liar. Mau lurus, tiba-tiba dimintai uang parkir. Fenomena ini bukan lagi masalah kecil—sudah jadi pemandangan sehari-hari yang bikin kesal, terutama karena jelas-jelas melanggar aturan dan merugikan banyak pihak.
Bandung sebenarnya punya payung hukum untuk mengatur parkir, seperti Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 121 Tahun 2022 tentang pengelolaan parkir di luar badan jalan dan Perwal Nomor 66 Tahun 2021 tentang tarif parkir resmi. Sayangnya, aturan ini tampak hanya sekadar tulisan tanpa implementasi yang tegas. Bukannya semakin berkurang, parkir liar justru menjamur bak jamur di musim hujan.
Parkir liar tidak hanya menyulitkan, tetapi juga menyumbang kemacetan. Jalanan yang seharusnya lancar seringkali menyempit karena area parkir yang semaunya sendiri. Tidak jarang, petugas parkir liar ini bahkan terlihat lebih "berkuasa" dibanding aparat berwenang, mematok tarif seenaknya dan tidak jarang melakukan intimidasi jika ditegur. Inilah yang membuat banyak warga merasa jengkel dan tak berdaya.
Yang lebih menyedihkan, parkir liar ini berpotensi melanggar hukum pidana. Berdasarkan Pasal 368 KUHP tentang pemerasan, pelaku bisa diancam hukuman penjara hingga 9 tahun. Belum lagi, jika perbuatan mereka dianggap tidak menyenangkan, Pasal 335 KUHP pun bisa menjerat dengan ancaman 1 tahun penjara. Tapi kenyataannya, ancaman ini jarang sekali diterapkan, sehingga parkir liar tetap merajalela.
Maraknya parkir liar juga menimbulkan kerugian ekonomi bagi kota Bandung. Pendapatan resmi dari retribusi parkir yang seharusnya masuk ke kas daerah malah bocor ke kantong-kantong oknum tak bertanggung jawab. Uang yang terkumpul dari parkir liar ini tidak bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya, sehingga merugikan pembangunan infrastruktur yang seharusnya dibiayai oleh pajak dan retribusi resmi.
Pemerintah Kota Bandung harus segera turun tangan dengan kebijakan yang lebih tegas dan terukur. Razia parkir liar secara rutin perlu dilakukan, bersamaan dengan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya parkir di tempat resmi. Selain itu, petugas parkir resmi harus diberdayakan dengan baik agar masyarakat tidak bingung membedakan mana yang legal dan mana yang liar. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin Bandung akan semakin macet, semrawut, dan tidak nyaman bagi warga maupun wisatawan.
Parkir liar bukan hanya masalah sepele, tetapi penyakit kota yang butuh solusi serius. Satu parkir liar tiap 10 meter mungkin terdengar seperti keluhan emosional, tetapi faktanya, itulah realita yang harus kita hadapi setiap hari. Jika pemerintah tidak bergerak cepat, Bandung bisa kehilangan pesonanya sebagai kota wisata dan berubah menjadi kota "tarikan biaya parkir" yang bikin jengkel semua orang.
Reporter: Muhammad Rasyid Faizulhaq
Keamanan Bandung Menjelang Akhir Tahun: Waspada, Jangan Sampai Jadi Korban
Menjelang akhir tahun, Kota Bandung selalu dipadati oleh wisatawan dan aktivitas masyarakat yang meningkat pesat. Perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 membawa euforia tersendiri, tetapi juga membawa potensi gangguan keamanan yang tidak boleh diabaikan. Langkah antisipatif seperti pemantauan dengan CCTV, drone, serta pendirian pos pengamanan memang patut diapresiasi. Namun, apakah ini cukup untuk menekan angka kriminalitas di Bandung yang masih tinggi?
Insightcybermedia, Bandung - Masalah keamanan di Bandung, terutama kasus pencurian, masih menjadi momok yang sering menghantui masyarakat. Dari pencurian motor hingga copet di tempat-tempat keramaian, kasus seperti ini seolah menjadi “tradisi tahunan” yang selalu meningkat di musim liburan. Sayangnya, penyelesaian kasus ini kerap menemui jalan buntu. Banyak laporan masyarakat yang hanya berakhir sebagai catatan di kantor polisi, tanpa tindak lanjut yang jelas.
Pos-pos pengamanan yang didirikan memang menjadi solusi cepat untuk mengontrol situasi, tapi bagaimana dengan tindakan preventif yang seharusnya lebih efektif? Kehadiran polisi di titik-titik strategis sangat membantu, tetapi pengawasan ini harus benar-benar serius, bukan sekadar formalitas. Polisi perlu memastikan pos keamanan tidak hanya berdiri, tapi juga aktif menangani potensi kejahatan di lapangan secara real-time.
Selain itu, pemanfaatan teknologi seperti CCTV dan drone harus benar-benar dimaksimalkan. Pemantauan digital ini bisa menjadi senjata ampuh jika digunakan secara konsisten untuk menindak pelaku kejahatan. Namun, teknologi canggih saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan kesiapan aparat dalam merespons laporan warga. Jangan sampai masyarakat hanya dijanjikan keamanan, tetapi ketika masalah datang, penanganan justru terkesan lamban.
Kepadatan akhir tahun juga menambah risiko lainnya seperti kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Masyarakat Bandung tentu sudah akrab dengan kemacetan parah di kawasan wisata dan pusat perbelanjaan, terutama menjelang tahun baru. Dalam situasi seperti ini, kejahatan seperti pencopetan dan jambret semakin subur karena lemahnya pengawasan dan kondisi jalanan yang semrawut. Lagi-lagi, penegakan hukum yang kurang tegas membuat pelaku kriminal semakin berani.
Penting bagi kepolisian dan pemerintah kota untuk bekerja sama lebih ketat dalam menekan angka kejahatan di Bandung. Selain patroli yang lebih intensif, kepolisian juga harus meningkatkan transparansi dalam penyelesaian kasus, sehingga masyarakat percaya bahwa laporan mereka benar-benar ditindaklanjuti. Masyarakat pun diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar, terutama di titik-titik rawan kejahatan.
Keamanan Bandung menjelang akhir tahun adalah tanggung jawab bersama, tetapi peran utama tetap ada pada aparat kepolisian dan pemerintah. Jangan sampai Bandung yang seharusnya menjadi kota tujuan liburan malah dipenuhi cerita pencurian dan tindak kriminal. Langkah antisipasi yang sudah ada harus diiringi dengan penanganan serius, supaya masyarakat dan wisatawan bisa merayakan akhir tahun dengan aman dan nyaman, tanpa rasa was-was.
Repoerter: Muhammad Rasyid Faizulhaq