"Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari keturunan anak
Adam keturunan mereka dan menyuruh mereka bersaksi tentang diri mereka sendiri.
Allah bertanya, "Bukankah Aku Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Ya,
Anda! Kami bersaksi." Dia memperingatkan, "Sekarang kamu tidak punya
hak untuk mengatakan pada Hari Penghakiman, 'Kami tidak mengetahui hal
ini" (QS 7:172).
Kutipan ayat Al-Qur'an yang ditulis Hilarion Heagy di blog
pribadinya itu telah menghebohkan dunia. Sebab, unggahannya itu sekaligus
mendeklarasikan kepada publik bahwa pastor Katolik kenamaan California, Amerika
Serikat (AS) tersebut kini telah memeluk Islam. Lelaki yang mempunyai nama baru
Said Abdul Latif itu pun menulis, "Siapa pun yang Allah beri petunjuk,
tidak ada yang bisa menyesatkan... dan siapa pun yang diberi petunjuk oleh
Allah, baginya tidak ada yang tersesat."
Biarawan Ortodoks Rusia yang bergabung dengan Gereja Ortodoks
Antiokhia sebelum (2003) akhirnya bergabung dengan Gereja Katolik Timur (2007)
itu tak punya pilihan lain, kecua- li bersyahadat. la menemukan sebuah
keyakinan yang mendasar sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an surah al- A'raf:
172 yang ia kutip. Yaitu, bahwa manusia menyembah Allah dan tunduk ke-
pada-Nya, bahkan sebelum manusia lahir.
"Dan inilah saya. Kembali ke Timur. Kembali ke asal. Kembali
ke awal. Kembali ke Rumahku. 'Identitas primordial' saya. La ilaha illa llah,
Muhammadun-Rasulullah," tulis Said Abdul Latif dikutip Topswara. com dari
Medium.com, (27/12/2022).
Menemukan hidayah Islam bagi Heagy benar-benar seperti pulang.
Sebagai pastor paruh baya yang lebih muda, hidupnya memiliki karir yang
'menjanjikan. la juga berpendidikan baik dan dikenal ramah serta disukai.
Namun, keyakkar penuh. Ya, ia melalui proses yang lama untuk benar-benar
mengikrarkan Laa ilaha illa 'llah, Muhammadur-Rasulullah. Hilar- ion Heagy
mulai mendapat percikan cahaya Islam sekitar dua puluh tahun yang lalu di
sebuah pusat Islam kecil di Universitas Appalachia, AS.
Setelah puluhan tahun merasa tertarik pada Islam dalam berbagai
tingkatan, Heagy akhirnya memutuskan untuk mengambil risiko, memeluk Islam. Artinya,
dia harus keluar dari biara Katolik, tempat tinggalnya selama ini.
"Seseorang tidak bisa begitu saja menjadi pendeta dan biarawan
di depan umum, dan seorang Muslim secara pribadi,” pikirnya.
Lebih dari satu tahun gejolak batin Heagy meningkat.
"Sekarang, saya harus melangkah ke tempat yang tidak diketahui. Tidak ada
jaring pengaman. Percaya saja pada Tuhan," tekadnya.
Heagy teringat kata-kata TS Eliot dalam kuartetnya: "Kami tidak akan berhenti dari eksplorasi. Dan akhir dari semua pen- jelajahan kami. Akan tiba di tempat kita memulai. Dan mengetahui tempat itu untuk pertama kalinya."
Heagy kian mantap memulai hidup baru sebagai seorang Muslim. Lang-
kah kecil pertamanya ke dalam ummah (lingkungan umat Islam) pun dimulai. la
mengemasi barang-barangnya di California. Saat fajar, ia berjalan melewati kapel
biara tempat para biarawan berdoa Matins. Saat nyanyian mereka terangkat ke
udara pegunungan California yang sejuk dan menyapa matahari terbit di Timur,
Heagy melangkah meninggalkannya, pergi ke Timur, tanpa rumah, hanya ditemani
Ford lama beserta setumpuk buku dan pakaian, hanya dengan sedikit uang. la
mengemudi melintasi gurun Nevada menuju timur.
Kini, sudah sekitar satu setengah bulan sejak ia memulai
perjalanannya di jalan timur dari California. Namun, ia merasa sudah seperti
seumur hidup. Meski hampir tidak tahu bahasa Arab, ia merasakan dan menyaksikan
kehangatan dan keramahtamahan dari komunitas Muslim. Persaudaraan Muslim memang
sangatlah fenomenal. Belum pernah ia mengalami keramahan seperti itu sebelumnya.
Dalam Islam ia merasakan kedamaian. la lega, ketertarikannya terhadap Islam
selama dua puluh tahun akhirnya membawanya pulang.
Bagi Said Abdul Latif, kini saatnya mempelajari Islam lebih dalam
untuk membuktikan cintanya kepada Islam, ke- pada Nabi SAW dan kepada umat.
"Sekarang mulailah pekerjaan masuk lebih dalam ke dalam iman.
Sebuah pembelajaran yang lebih dalam. Cinta untuk dien. Cinta untuk umat. Cinta
untuk Nabi SAW. Ini adalah langkah pertama dalam perjalanan tak berujung
kembali kepada Tuhan. Subhanallah," pungkasnya
Indra Margana
@marganaid
Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar