Membangun Karakter & Akhlak Anak Sejak Hari Pertama Lahir

Memilih Pasangan

Mendidik anak sebenarnya dimulai dari memilih pasangan, Abul Aswad Ad-Dualli berkata pada anak-anaknya. "Sungguh aku telah berbuat baik kepada kalian sejak kalian masih kecil hingga kalian dewasa, bahkan semenjak kalian belum dilahirkan. Aku telah pilihkan untuk kalian ibu yang mana kalian tidak akan pernah kecewa kepadanya. Bisa dilihat, bahwa seorang ayah memilihkan ibu yang baik dengan harapan dari perempuan itulah, keturunan itu akan dilahirkan.

Bisa diterapkan pada perempuan, bahwa jika belum menikah, maka itu adalah kesempatan emas untuk memilih dengan slapa kita akan mendidik anak keturunan kita? Dibarengi dengan mendidik diri sendiri, supaya kita layak melahirkan anak-anak yang kita harapkan. Harus mengupayakan supaya kelak keturunan kita hadir dengan cara dan sumber yang baik.

Dalam memilih pasangan juga punya peran besar dalam menentukan pola asuh kita kelak. Karena bagaimana wujud pendidikan suami pada diri kita, pasti membentuk mindset dan karakter kita. Pengaruh pendidikan suami ke istri sangat lan besar dampaknya untuk anak karena seorang ibu mempunyai peran besar untuk mendidik anaknya ketika ada di rumah.

Nilai-nilai dan Pondasi

Masalah nilai-nilai (value) dan pondasi pernikahan kalau niat dan tujuannya sama antara suami dan istri, maka akan selaras. Biasanya pada awal pernikahan pasti banyak diskusi dengan pasangan, dan mari dudukkan value dan pondasi pernikahan. Seperti ayat dibawah ini bisa dijadikan sebuah pondasi dalam pernikahan

Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (GS. At-Tahrim : 6).

Itu bisa dijadikan pandasi, bagaimana cara kita memeli- haro diri & keluarga kita dari api neraka. Kalau tujuan kita itu, pasti kita juga akan usaha untuk senantiasa mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangannya. Intinya, kita Ingin menjauhkan keluarga dari api neraka. Dari situlah maka kita akan bisa menekan banyak keburukan, ya meskipun sebagai manusia kita masih bisa khilaf/futur.

Memperbanyak Amal Shalih

Ketika menikah lalu berketurunan, lewat tujuan tadi, kita pasti ingin memperbanyak amal shalih. Sehingga dalam rumah tangga nanti, kita bisa ber- lamba-lomba dalam kebaikan, saling tolong- menolong, saling mengingatkan dalam ber- ibadah, dan melakukan ketaatan-ketaatan lain yang kita berharap supaya kita bisa dikumpulkan kembali di Surga. Dengan pondasi tersebut, maka kita akan sangat memperhatikan keadaan pasangan dan anak Kita akan perhatikan betul janganlah sampai anak-anak kita masuk ke neraka. Kita akan berjuang segenap tenaga agar bagaimana caranya untuk memberikan Ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Mewariskan Ilmu

Punya value penting dalam keluarga itu pasti akan diwaris kan kepada anak. Maka yang utama adalah wariskanlah ilmu. ilmu yang melahirkan rasa takut kepada Allah, ilmu yang membuat anak mempunyai akhlak yang baik, dll. Misal, kita mengajarkan kepada anak untuk tidak meminta-minta kepada selain Allah, artinya kalau ada apa-apa mintanya ke Allah dulu. Itu menanamkan mindset kepada anak bahwa semua yang diterimanya pada hakikatnya dari Allah.

Utamakan Kejujuran

Harus ada kesepakatan dengan pasangan. apa saja value yang akan diwariskan kepada anak nanti. Yang tak kalah yang penting adalah harus jujur kepada anak, harus terbuka/transparan sesuai dengan tahapan usianya. Maksudnya, misal ketika sedang diuji ekonomi, maka jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti jika anak bertanya. Jangan sekali-kali berbahang pada anak.

Menjaga Martabat Suami

Penting juga menjaga martabat suami di hadapan anak, usahakan jangan memarahil menegur suami di depan anak. Dikhawatirkan bisa menjatuh- kan martabat suami, karena kita berharap anak memandang ayahnya sebagai sosok yang dihormati dan dihargai oleh kita sebagai istri dan juga anak. Dan masih banyak value lain yang bisa disesuaikan dengan kondisi pernikahan masing-masing.

Membiasakan Habit Baik

Kebiasaan bisa ditempuh sejak hari pertama pernikahan, selama menunggu kedatangan anak bersama pasangan bersepakat bahwa dalam rumah kita harus punya habit baik.

Mengantar Suami Kebiasaan mengantarkan suami ketika akan pergi. Karena kebiasaan tersebut, maka kita nanti akan biasa melakukan- nya. Dengan anak melihat kebiasaan itu, maka anak akan merekam dalam otaknya. Membiasakan habit bersama pasangan tidak terjadi seketika, pasti akan ditempuh melalui pengulangan kejadian. Untuk yang belum menikah, mulai tentukan kebiasaan baik apa saja yang nanti akan dilakukan bersama pasangan kita, harapannya itu akan direkam oleh anak kita nanti.

Saling Peluk Cium

Membiasakan saling memeluk, mencium kening, dan menampak kan rasa sayang, sifatnya sentuhan bersama suami dalom batasan yang anak boleh lihat. Karena saat ini banyak keluarga yang anak itu canggung untuk memeluk ayah dan Ibunya, atau tidak pernah melihat ayah dan ibunya saling memberi sentuhan kasih sayang. Hal ini terjadi karena sejak awal tidak dibiasakan, padahal ini kebiasaan yang baik, dan dalam rumah tangga Rasulullah pun ada kebiasaan ini.

Jika kita tidak mendapati pada keluarga lama (ayan & ibu), maka niatkan untuk menerapkan pada keluarga baru (suami & anak). Yang di dalamnya penuh kasih sayang, tidak malu menampakkan rasa cinta. Dengan rasa cinta itu kita berharap bahwa mereka merasa saling disayangi, sehingga ketika suatu hari dunia membuat mereka sedih, mereka akan tau bahwa tempat pulang terbaik mereka adalah rumah.

Memberi Hadiah

Perlu kita sepakati bahwa tidak ada tuntunan dalam syariat untuk merayakan ulang tahun. Tapi, pasti anak akan kaget ketika melihat temannya pada hari ulang tahunnya mendapatkan kado, sedangkan anak kita tidak. Maka kita biasakan saling memberi hadiah sebagai wujud apresiasi ketika baru saja melakukan sebuah pencapaian. Kita bisa mengemas itu sebagal sesuatu yang luar biasa menarik, harapannya nanti anak akan mudah meng- apresiasi hal-hal yang kecil.

Lakukan dengan hal-hal yang sederhana, karena anak tidak okan melihat dari nominalnya. Kecuali bila anak yang dibesar kan di lingkungan yang apapun dilihat dengan nominal maka dia akan lihat itu. Tanamkan bahwa pemberian itu adalah wujud kasih sayang seseorang kepada kita sebagal penerimanya. Ini membantu supaya anak tidak mudah menyepelekan ketika mendapatkan sesuatu hal yang sedikit atau sederhana dari orang lain.

Berkata Baik

Membiasakan mengucap kota- kata yang baik. Walaupun anak masih kecil atau baru lahir, bisa dibiasakan ketika melihat katakan "MasyaAllah ketika minta tolong dibiasakan dengan mengucap kata tolong dengan lembut, ketika tidak sengaja berbuat salah dibiasakan untuk langsung mengucap kata "maaf". Anak akan merekam, karena pelan-pelan anak akan mengerti seiring waktu.

Sumber Harta dan Makanan

Selain kita menempuh pernikah- an dengan cara yang benar, maka kita juga harus bisa memastikan sumber perolehan harta & makanan yang masuk ke pintu rumah tangga kita itu bentul-betul halal dan thayyib. Cari nafkah dengan cara yang halal. perbagus makanan, minuman, pakaian sampal ketika kita berdoa kepada Allah dengan tangon yang suci dan hati yang bersih. Maka jika kita melakukan ini, Allah akan senantiasa mengabulkan per- mintaan kita ketika meminta doa untuk keshalihan anak kita

Bekal Ibadah

Untuk yang baru akan menikah, untuk mencari calon suami sangat perlu ditanyakan tentang apa pekerjaannya, lalu bagaimana cara memperolehnya, bagaimana pandangannya tentang harta, pandangan tentang riba, syubhat. dil. Supaya setidaknya pandangan kita dengan pasangan nanti dalam memandang harta itu sama. Maka dari itu harus yakin, berusaha, berdoa dan tawakkal.

Ilmu-ilmu yang Diwariskan

الله Memberikan ilmu tauhid, bahw tauhid ini yang paling pertama Perlu dibiasakan sejak anak baru lahir meskipun anak masih belum bisa mendengar 5 paham, tapi itu perlu dibiasakan agar kita tidak canggung untuk menyampaikan ketika anak sudah beranjak besar. Kita bisa menyampaikan kepada anak siapa Rabb nya? Kenapa dia ada di bumi ini? Apa tujuannya? Siapa Rasulullah? Dil Bisa memberikan ilmu-ilmu tersebut dengan percakapan atau bercerita, karena itu bisa kebih mudah melekat di benak anak

Kebiasaan yang Ditampakkan

Kita juga harus memberikan pengajaran tentang akhlak. Tentang akhlak ini yang paling besar porsinya anak akan copy paste, Kita harus punya tekad bahwa kita harus mengubah karakter yang tidak baik dalam diri kita, supaya pengajaran kita kepada anak tentang akhlak menjadi sempurna. Coba berusaha memperbaiki tutur kata, supaya perkataan kita nyaman didengar oleh anak dan maksud baik kita tersampaikan.

Habit baik dalam pernikahan akan mempengaruhi karakter anak secara praktikal. Tanpa perlu banyak teori, apa yang nampak pada keseharian pan- dangan anak adalah yang paling pertama dia rekam. Lalu kemudian secara tidak sadar dia akan menerapkan apa yang telah dia lihat dan dengar. Berarti kebiasaan baik di rumah adalah pendidikan pertama yang akan anak peroleh.

Kemudian penting untuk mem- berikan bekal ibadah, menyam- palkannya harus dengan teori, tapi jangan lupa untuk meng- ajaknya untuk mempraktekan- nya secara langsung, seperti mengajaknya wudhu dan shalat. Memang akan sedikit repot, tapi itulah prosesnya, kuncinyo sabar, Pengalaman tersebut akan menjadi sesuatu yang berharga untuk anak. Meski kita belum membebankan anak kepada syariat, tapi kita beritahu sejak dini bahwa itulah yang akan dia tempuh nanti.

Dampak yang Diharapkan

Fase-fose pendidikan itu pasti punya konsekuensi yang mesti kita tanggung. Seperti letih, Jenuh, kecewa, sedih, atau merasa gagal berkali-kall. Ini semua selain karena beratnya amanah yang kita tanggung juga tersebab banyaknya godaan-godaan untuk menyerah ketika mendidik anak. Setan pasti tidak tinggal dian melihat seorang hamba berupaya menjadikan keturunannya sebagai hamba yang shalih. Namun, semua kesusahan itu akan memberikan dampak yang sangat baik di kemudian hari, sesuatu yang kita tanam hari ini atas kehendak Allah, suatu saat akan dapat kita tuai hasilnya,

"Jika kamu tidak punya waktu untuk mendidik anak-anakmu, ketahuilah bahwa diluar sana ada yang siap memberikan seluruh waktunya untuk merusak mereka." (Sylvia Al Hambasyi)


Kayla Mumtaz Farhanah
Insight Cyber Media 
kaylakay.2727@gmail.com
@kaylafarhanah

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo