Insight-Cybermedia.Com, Garut- Seorang pemuda yang berasal dari Desa Cisewu Kabupaten Garut. Mengembangkan sebuah usaha yang menjadi sumber cuan.
Saepul hidayat (28) mencoba sebuah peruntungan dengan menggunakan kacang kedelai sebagai bahan dasar olahan. Ia awalnya mencoba-coba membuat sebuah susu dari kacang kedelai tetapi gagal, kemudian ia mencoba dengan metode olahan lain sehingga jadilah tempe.
"Saya melihat kalau selama ini ada peluang bagi anak muda seperti saya, seperti membangun usaha home industri seperti ini. Karena ya mungkin sekarang ini mencari pekerjaan di kota juga susah, serta saya juga pada awalnya tidak sendiri tapi sama teman-teman saya hanya mencoba-coba dan hasilnya tidak mengecewakan," kata Saepul saat berbincang dengan Insight Cyber Media, Jumat (12/05/2023)
Cara pengolahan kedelai inipun memang seperti terlihat mudah. Epul pun mengaku bahwa memang pada awalnya banyak percobaan yang gagal.
"Pada awalnya memang saya sering gagal, bahkan banyak adonan yang menjadi busuk pada saat proses fermentasi, hanya beberapa saja yang berhasil," terangnya.
Pembuatan makanan tempe ini sebenarnya hanya sebatas iseng-iseng semata, tetapi Epul melihat peluang sehingga dia berinisiatif untuk mencari tahu proses pembuatan tempe ini sampai ke pabrik-pabrik yang ada di bandung.
Setelah beberapa minggu berhasil melakukan percobaan pembuatan tempe dan semua mulus tanpa ada yang gagal. Epul dan kedua temannya mencoba memasarkan kepada orang-orang terdekat, kepada saudara-saudaranya serta pada tetangga-tetangganya.
Tak tahunya, tempe-tempe tersebut malah dijadikan langganan bagi para warga sekitar bahkan sampai pada kampung-kampung sebelah. Produksi Pun mulai bertambah banyak seiring peminat yang banyak.
"Dari situ modal yang awalnya hanya 300 ribu dengan modal awal patungan akhirnya bisa bertambah," ujar Saepul.
Pemuda yang merupakan putra sulung dari empat bersaudara ini mengatakan, karena memang target pasarnya hanya pada kampung-kampung terdekat saja. Bukannya tidak mau yang lebih besar tapi karena ini di kampung untuk pemasarannya terkadang agak sulit, karena tempe tidak bisa bertahan terlalu lama di suhu ruang.
"Untuk saat ini, saya hanya memasarkan ke beberapa kampung dengan metode ngampas atau jualan keliling saja. Harga penjualannya sendiri terbilang ekonomis ramah di kantong masyarakat. Dan Alhamdulillahnya banyak sekali pelanggan yang selalu langganan," jelasnya.
Penjualan tempe seharga 5000/Pcs dengan ukuran yang lumayan besar bisa dijadikan sebagai lauk makan untuk dua kali. Ya meskipun terkadang merasa terjepit dengan harga kacang kedelai yang memang harganya menaik pesat dari harga normal.
Tapi itu tidak membuat saepul menyerah, malahan semakin membuatnya bersemangat melanjutkan bisnisnya. Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu pemuda inspiratif di kampungnya, karena bisa memberikan inspirasi bagi anak muda yang lainnya.
Dari bisnisnya ini, dalam seminggu ia mengantongi hampir satu juta penghasilan dari tiga kali produksi. jika dihitung dalam sebulan mendapatkan omset sekitar 5jutaan. Penghasilan tersebut di kampung bisa dikatakan sangat lumayan di banding hanya menganggur saja.
"Saya sangat berharap kedepannya usaha home industri ini bisa lebih berkembang, mungkin untuk target skala kecil saya ingin menjual produk saya sampai ke luar kota terlebih dahulu. Jika saya sudah memiliki label yang sudah dikenal orang maka saya akan lebih mudah memasarkannya kedepannya. Tentunya dengan tetap menjaga kualitas sebaik-baiknya," pungkasnya.
Keukeu Eva Fitriani
Reporter Insight
Saepul hidayat (28) mencoba sebuah peruntungan dengan menggunakan kacang kedelai sebagai bahan dasar olahan. Ia awalnya mencoba-coba membuat sebuah susu dari kacang kedelai tetapi gagal, kemudian ia mencoba dengan metode olahan lain sehingga jadilah tempe.
"Saya melihat kalau selama ini ada peluang bagi anak muda seperti saya, seperti membangun usaha home industri seperti ini. Karena ya mungkin sekarang ini mencari pekerjaan di kota juga susah, serta saya juga pada awalnya tidak sendiri tapi sama teman-teman saya hanya mencoba-coba dan hasilnya tidak mengecewakan," kata Saepul saat berbincang dengan Insight Cyber Media, Jumat (12/05/2023)
Cara pengolahan kedelai inipun memang seperti terlihat mudah. Epul pun mengaku bahwa memang pada awalnya banyak percobaan yang gagal.
"Pada awalnya memang saya sering gagal, bahkan banyak adonan yang menjadi busuk pada saat proses fermentasi, hanya beberapa saja yang berhasil," terangnya.
Pembuatan makanan tempe ini sebenarnya hanya sebatas iseng-iseng semata, tetapi Epul melihat peluang sehingga dia berinisiatif untuk mencari tahu proses pembuatan tempe ini sampai ke pabrik-pabrik yang ada di bandung.
Setelah beberapa minggu berhasil melakukan percobaan pembuatan tempe dan semua mulus tanpa ada yang gagal. Epul dan kedua temannya mencoba memasarkan kepada orang-orang terdekat, kepada saudara-saudaranya serta pada tetangga-tetangganya.
Tak tahunya, tempe-tempe tersebut malah dijadikan langganan bagi para warga sekitar bahkan sampai pada kampung-kampung sebelah. Produksi Pun mulai bertambah banyak seiring peminat yang banyak.
"Dari situ modal yang awalnya hanya 300 ribu dengan modal awal patungan akhirnya bisa bertambah," ujar Saepul.
Pemuda yang merupakan putra sulung dari empat bersaudara ini mengatakan, karena memang target pasarnya hanya pada kampung-kampung terdekat saja. Bukannya tidak mau yang lebih besar tapi karena ini di kampung untuk pemasarannya terkadang agak sulit, karena tempe tidak bisa bertahan terlalu lama di suhu ruang.
"Untuk saat ini, saya hanya memasarkan ke beberapa kampung dengan metode ngampas atau jualan keliling saja. Harga penjualannya sendiri terbilang ekonomis ramah di kantong masyarakat. Dan Alhamdulillahnya banyak sekali pelanggan yang selalu langganan," jelasnya.
Penjualan tempe seharga 5000/Pcs dengan ukuran yang lumayan besar bisa dijadikan sebagai lauk makan untuk dua kali. Ya meskipun terkadang merasa terjepit dengan harga kacang kedelai yang memang harganya menaik pesat dari harga normal.
Tapi itu tidak membuat saepul menyerah, malahan semakin membuatnya bersemangat melanjutkan bisnisnya. Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu pemuda inspiratif di kampungnya, karena bisa memberikan inspirasi bagi anak muda yang lainnya.
Dari bisnisnya ini, dalam seminggu ia mengantongi hampir satu juta penghasilan dari tiga kali produksi. jika dihitung dalam sebulan mendapatkan omset sekitar 5jutaan. Penghasilan tersebut di kampung bisa dikatakan sangat lumayan di banding hanya menganggur saja.
"Saya sangat berharap kedepannya usaha home industri ini bisa lebih berkembang, mungkin untuk target skala kecil saya ingin menjual produk saya sampai ke luar kota terlebih dahulu. Jika saya sudah memiliki label yang sudah dikenal orang maka saya akan lebih mudah memasarkannya kedepannya. Tentunya dengan tetap menjaga kualitas sebaik-baiknya," pungkasnya.
Keukeu Eva Fitriani
Reporter Insight
Tidak ada komentar
Posting Komentar