Tokoh Sholeh "Anas bin Malik"

SOSOK ANAS BIN MALIK

Anas bin Malik adalah seorang sahabat yang usianya panjang, memiliki banyak anak cucu, dan keberlimpahan harta. Padahal dahulu, Anas bin Malik adalah seorang pelayan Rasulullah, tapi bisa menjadi kaya raya karena beliau selalu didoakan oleh Rasulullah secara langsung. Waktu Rasulullah tiba dalam hijrah, maka orang-orang Anshar mendatangi Rasulullah, membawakan hadiah untuk dipersembahkan kepada Rasulullah. Ada yang membawa roti, anggur, kurma, dan berbagai jenis makanan, ada yang membawa baju, dsb.

DITITIPKAN KEPADA RASULULLAH
• Datanglah seorang perempuan bernama Al Ghumaidah binti Milhan, atau dikenal sebagai Ummu Sulaim, beliau menuntun anak kecil yang usianya belum mencapai 10 tahun. Waktu itu beliau mengatakan kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, orang-orang datang kepadamu membawa berbagai hadiah-hadiah persembahan, sungguh aku juga sangat ingin mempersembahkan hadiah kepadamu, tapi tidak ada yang aku miliki kecuali anakku ini. Ya Rasulullah, terimalah anakku ini untuk mengabdi kepadamu dan menimba ilmu darimu." • Ummu Sulaim bukan perempuan kaya, beliau janda, sehingga Anas bin Malik ini anak yatim. Beliau titipkan kepada Rasulullah untuk menjadi pelayan Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah menerima dengan baik, memeluk anak itu, beliau cium ubun-ubunnya, kemudian beliau doakan, "Ya Allah perbanyaklah hartanya, perbanyaklah anak-anaknya perpanjanglah umurnya, dan masukkan nanti ke dalam Surga."

MEMILIKI UMUR YANG PANJANG 
Anas bin Malik mengatakan, "Semua doa Rasulullah untukku dikabulkan Allah. Hartaku banyak karena kebun orang lain berbuah setahun sekali, tapi kebun-kebunku selalu berbuah 2 kali atau lebih dalam setahun. Aku juga diberi oleh Allah, anak cucu yang banyak." Ada yang mengatakan anak beliau berjumlah 106 orang, karena beliau menikah dengam 4 perempuan, kalau ada yang meninggal, beliau menikah lagi. Umur Anas bin Malik ini panjang, beliau wafat di usia 99 tahun, termasuk yang paling akhir meninggalnya dari generasi sahabat pada zamannya. • Karena umur panjangnya, Anas bin Malik juga menyaksikan pergantian kekuasaan dalam Islam dari masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, bahkan melihat dan menyaksikan kondisi Bani Umayyah, akhirnya pada zaman Umar bin Abdul Aziz, menjadi saksi lintas generasi. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah, Anas bin Malik sangat dimuliakan.

PADA SAAT MELAKUKAN RUQYAHTUL HILAL
Ada sebuah kejadian ketika Anas bin Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan para ulama melakukan ruqyahtul hilal, untuk melihat apakah sudah masuk bulan Ramadhan dengan mengamati langit. Pada saat itu ada seorang anak muda bernama lyyas bin Muawiyah Al- Muzani, seorang anak yang cerdas. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, dia nanti diangkat menjadi hakim dari hakim agung, teman-teman yang lain yang diangkat menjadi hakim itu sudah tua, dan dialah anak muda dari barisan tersebut.
Umar bin Abdul Aziz mengatakan, "Apakah kota Basrah tidak mempunyai orang selainmu untuk diangkat menjadi qadhi? Kamu ini masih muda sekali, berapa umurmu?" Dijawabnya, "Umurku sama dengan umur Usamah bin Zaid ketika memimpin pasukan yang di dalamnya ada Abu Bakar. Umurku sama dengan umur Attab bin Husein ketika diangkat Rasulullah menjadi gubernur Makkah." Umar bin Abdul Aziz terkaget dan mengatakan, "Siapa namamu?" Dijawabnya, "lyyas bin Muawiyah Al-Muzani." Ditanya kembali, "Jadi kamu mau tetap menjadi hakim?" lyyas menjawab, "Kalau keutamaan itu didasarkan pada umur, Amirul Mukminin tidak berhak menjadi khalifah, karena banyak yang lebih tua dari engkau."
lyyas bin Muawiyah Al-Muzani adalah salah satu murid Anas bin Malik yang sangat cerdas. Pada saat itu Anas bin Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan semua ulama pada menyaksikan ke langit, tiba-tiba Anas bin Malik mengatakan, "Aku melihatnya ada hilal di sana sudah tampak, besok kita sudah puasa karena sudah memasuki bulan Ramadhan. Iyyas bin Muawiyah Al-Muzani dan Umar bin Abdul Aziz mengamati langit dan mengatakan, "Tidak terlihat, sebelah mana?"

PADA SAAT MELAKUKAN RUQYAHTUL HILAL
Kemudian Umar bin Abdul Aziz terdiam, beliau merasa tidak enak kalau memberi tahu Anas bin Malik bahwa hilal belum terlihat. Maka lyyas bin Muawiyyah Al-Muzani meminta izin, beliau mengambil pinset dan mengecek mata Anas bin Malik, ternyata ada bulu mata/alis yang jatuh di matanya, itulah yang membuat Anas bin Malik mengiranya itu adalah hilal. Diambil pelan-pelan oleh lyyas bin Muawiyah Al-Muzani, kemudian beliau bertanya, "Wahai sahabat Rasulullah, apakah sekarang masih ada hilalnya itu? Karena kami memang tidak melihatnya." Dijawabnya, "Sekarang aku juga tidak melihatnya."

CIRI KHAS ANAS BIN MALIK
Anas bin Malik menjadi pelayan Rasulullah, sampai dijuluki sebagai bayang-banyangnya Rasulullah, karena kemana Rasulullah berjalan beliau mengikuti, di mana Rasulullah duduk beliau dibelakangnya. Anas bin Malik ternasuk sahabat yang sangat banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah, tapi hal menarik dari Anas bin Malik ketika meriwayatkan hadits adalah beliau selalu menambahkan dengan sangat hati-hati pada kalimat terakhirnya "Aukama Qaala Rasulullahi Shalallahu 'Alaihi Wassalam" (sebagaimana yang disabdakan Rasulullah), itu diucapkan supaya beliau tidak salah, karena beliau sangat berhati-hati dan takut kepada sabda Rasulullah, "Barang siapa yang berdusta dengan sengaja atas nama Rasulullah, hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di Neraka." 
 Ciri khasnya Anas bin Malik adalah ketika mendapatkan hadits, beliau suka menambahkan komentarnya yang bisa menjadi ikhtiar pelajaran. Misalnya ketika beliau meriwayatkan hadits, di mana beliau menceritakan, pada suatu hari datanglah seorang Badui kepada Rasulullah, kemudian mengatakan, "Ya Rasulullah, kapankah kiamat itu datang?" Rasulullah menjawab, "Apa yang sudah kau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang itu berkata, "Tidak ada yang saya siapkan untuk menghadapi kiamat kecuali saya ini cinta kepada Allah dan Rasul-nya." Rasulullah bersabda, "Engkau akan bersama dengan yang kau cintai." • Kemudian Anas bin Malik menambahkan kalimat, "Aku sangat cinta pada hadits ini, seandainya ada orang yang mau menukar hadits ini dengan bumi seisinya berupa harta dan emas, tidak akan aku berikan hadits ini kepadanya sebagai pertukarannya." Orang-orang bertanya, "Kenapa engkau mengatakan begitu wahai sahabat Rasulullah?" Dijawabnya, "Karena shalatku, puasaku, bacaan Al-Qur'anku, tilawahku, ibadahku, amalan-amalan Sunnahku, dan segala yang ku lakukan, tidak ada seujung kukunya Umar bin Khattab, Abu Bakar, dan Rasulullah. Tetapi aku sangat mencintai ketiganya, sehingga karena aku mencintai mereka, aku punya harapan, nanti di Surga akan bersama mereka."
Imam Syafi'i mengatakan, "Aku mencintai orang-orang shalih, meskipun aku tidak termasuk di antara mereka. Semoga dengan cintaku itu, aku nanti akan memperoleh syafa'at mereka di hari kiamat. Aku benci dengan orang-orang yang bermaksiat kepada Allah, meskipun aku dan mereka sebenarnya sama. Tapi dengan benci itu, semoga Allah menjadikanku terhindar dari azab yang ditimpakan kepada mereka."

KISAH UMMU SULAIM DAN ABU THALHAH
Ketika Rasulullah hijrah, Ummu Sulaim menyerahkan anaknya kepada Rasulullah. Karena Ummu Sulaim janda yang masih muda, tentu menarik bagi para laki-laki di Madinah. Ada seorang laki-laki di kalangan penduduk Madinah bernama Abu Thalhah melamar Ummu Sulaim. Ketika dilamar oleh Abu Thalhah, Ummu Sulaim mengatakan, "Wahai Abu Thalhah, engkau lelaki yang tidak dapat ditolak karena ketampananmu, kekayaanmu, dan nasab muliamu, dan aku tidak mempunyai alasan untuk menolakmu. Tapi sayang aku seorang muslimah, dan engkau masih seorang yang musyrik. Seandainya engkau masuk Islam, maka cukuplah keislamanmu itu menjadi mahar untukku, aku tidak meminta selain itu." Ternyata betul, Abu Thalhah setelah berulang-ulang memikirkan, mempelajari tentang Islam, akhirnya beliau mantap masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaim. Kemudian mereka dikaruniakan anak, suatu saat anak ini sakit, diceritakan oleh Anas bin Malik, ketika anak itu sakit, ayah tirinya yaitu Abu Thalhah memiliki urusan perdangan di kota lain, maka Abu Thalhah bingung. Lalu Ummu Sulaim membesarkan hati Abu Thalhah dan mengatakan, "Pergilah karena Allah, dan titipkanlah anakmu kepada Allah, karena Allah lebih mampu menjaganya daripada kita.

KISAH UMMU SULAIM DAN ABU THALHAH
Maka Abu Thalhah pergi dengan tenang mengurus urusannya sampai selesai, kemudian beliau kembali pulang. Ternyata ketika Abu Thalhah masih dalam perjalanan pulang, anak itu meninggal dunia, kemudian Ummu Sulaim mengatakan, "Jangan beritahu siapapun." Anak itu dimandikan, dipakaikan pakaian bersih, diletakkan di tempat tidurnya seakan dia sedang tidur, rumah dihias dan diwangikan, Ummu Sulaim memasak makanan terbaik, kemudian beliau mandi berdandan untuk suaminya. • Ketika suaminya pulang, Ummu Sulaim menyilahkan, Abu Thalhah bertanya, "Bagaimana anak kita?" Ummu Sulaim menjawab, "Anak kita sudah lebih tenang daripada sebelumnya." Kemudian Abu Thalhah mengecek ke kamar dan melihat anaknya tidur dengan nyenyak. Akhirnya karena Ummu Sulaim memasak makanan lezat, makanlah mereka. Selesai makan, Ummu Sulaim sudah berdandan cantik, maka mereka pun lanjut berhubungan suami istri.

KELAPANGAN HATI UMMU SULAIM DAN ABU THALHAH
• Setelah suaminya tenang, baru Ummu Sulaim mengatakan, "Wahai suamiku, menurutmu bagaimana kalau ada seseorang menitipkan barang pada orang lain sampai batas waktu tertentu. Lalu ketika hari H pemilik mau mengambil kembali barang itu, apakah yang dititipi ini boleh komplain?" Kata Abu Thalhah, " Tidak boleh komplain, karena itu miliknya yang punya, dan harus dikembalikan." Maka Ummu Sulaim menjelaskan, "akalau begitu ketahuilah, anak kita milik Allah yang dititipkan kepada kita, dan sekarang pemilik itu telah mengambil kembali apa yang dititipkannya kepada kita." Abu Thalhah terkaget, dan akhirnya dimakamkan pada pagi harinya.
• Setelah dimakamkan, Abu Thalhah curhat dengan Rasulullah, kemudian mendoakan, "Semoga Allah menganugerahkan untukmu anak, sebagai ganti yang lebih baik dari Allah, dari malam kalian." Maka ternyata waktu itu lahir anak Abu Thalhah yang menjadi orang bertakwa, mulia dan banyak berkah, semuanya menjadi penghafal Al-Qur'an. Jadi sampai generasi anak cucunya semuanya menjadi penghafal Al-Qur'an, karena keberkahan doa Rasulullah dan keberkahan wanita shalihah. Anas bin Malik senantiasa menjadi tempat konsultasinya juga kalau beliau menghadapi berbagai persoalan.

WAFATNYA ANAS BIN MALIK
Anas bin Malik wafat pada masa daulah Bani Umayyah, di masa Umar bin Abdul Aziz. Beliau meninggalkan harta yang banyak, meninggalkan anak-anak keturunan yang banyak, dan semuanya shalih shalihah. Jadi orang shalih itu dimulai dari seorang anak yang dititipkan kepada orang yang tepat. Karena anak akan tumbuh di dalam didikan dan bimbingan orang shalih, maka anaknya pun menjadi seorang anak yang penuh berkah. Seperti Anas bin Malik membawa dan memberikan kepada kita hadits-hadits yang sangat banyak, yang beliau riwayatkan dengan hati-hati, dan beliau memberikan kepada kita perspektif ilmu yang kaya. Sampai orang-orang pun mengatakan bahwa Anas bin Malik ini adalah universitas atau perpustakaan berjalan, saking banyaknya hadits-hadits yang diriwayatkan.

Kayla Mumtaz Farhanah
insight cyber media
@kaylafarhanah

Pic source : fatihsyuhud.net

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo