Benarkah Kita Harus Pakai Deodoran?


Sebagian orang menjadikan deodoran sebagai salah satu ritual penting dalam keseharian, sama seperti menyikat gigi atau mencuci muka.
Namun sesungguhnya penggunaan deodoran itu lebih didasarkan pada preferensi pribadi ketimbang kebutuhan medis.

Profesor Dermatologi di University of California, San Francisco Nina Botto menambahkan orang-orang memiliki preferensi dan kepekaan yang kuat terhadap indra penciuman sehingga berupaya menutupi bau badan mereka dengan menggunakan parfum atau cologne.
"Tapi ini tidak seperti membersihkan gigi, di mana ada data bahwa Anda benar-benar akan hidup lebih lama jika Anda membersihkan gigi secara teratur," kata Botto dilansir dari CNN, Sabtu (17/12).

Sementara Profesor Dermatologi di Rumah Sakit Mount Sinai di New York City Joshua Zeichner menyebut saat ini masyarakat hidup di tengah komunitas yang secara sosial menolak orang yang berbau badan. 

"Ada juga stigma (buruk) mengenai pakaian yang basah karena keringat, yang kemudian mendorong penggunaan antiperspiran ke rutinitas perawatan kulit sehari-hari," ujarnya.

Zeichner menjelaskan perbedaan kedua produk itu.

Deodoran menurutnya berfungsi untuk menetralkan bau badan, sementara antiperspiran berguna untuk mengurangi kelembapan pada kulit. Keduanya sering ditawarkan dalam satu produk.
Terlepas dari alasan yang diterima secara umum, ia menyebut tak semua orang serta merta menganggap bau badan alami tidak menyenangkan. 

"Dalam beberapa kasus, kita berkeringat melebihi yang diperlukan. Ini dikenal sebagai keringat patologis atau hiperhidrosis. Keringat itu sendiri tidak berbau. Namun, bakteri di kulit memecah keringat, menciptakan bau busuk," jelas Zeichner.

Zeichner lantas merekomendasikan agar seseorang yang memiliki masalah dengan keringat berlebih untuk menggunakan produk antiperspiran yang diaplikasikan di malam hari.

Tujuannya, karena seseorang menghasilkan lebih sedikit keringat di malam hari.

"Sehingga mereka dapat lebih efektif membentuk sumbatan di dalam kelenjar keringat jika Anda mengaplikasikannya sebelum tidur," imbuhnya.

Namun demikian, bagi seseorang yang tidak memiliki masalah keringat berlebihan, maka 'memblokir' produksi keringat dengan antiperspiran bukanlah ide yang baik, karena sama saja dengan mengalihkan peningkatan produksi keringat di area lain.

Zeichner juga menginformasikan bahwa bau keringat seseorang juga bisa dipengaruhi oleh pola makan.

Misalnya, keringat orang yang makan sayuran jenis tertentu dalam jumlah besar seperti brokoli, kangkung, dan kembang kol dapat memiliki bau keringat yang berbeda.

Sejumlah gangguan metabolisme juga mampu menghasilkan bau yang sangat khas secara umum, misalnya ketoasidosis atau uremia akibat diabetes. Dengan demikian, ia menyebut bahwa kulit yang sehat dan tubuh yang sehat seharusnya tidak berbau busuk.
Klaim Deodoran Sebabkan Kanker Tak Benar
Sejumlah orang kemungkinan mempertimbangkan untuk tidak menggunakan deodoran atau antiperspiran karena khawatir dengan bahan yang berpotensi berbahaya.

Sempat pula beredar rumor bahwa memakai produk semacam itu menyebabkan kanker.

Dokter Kulit Bersertifikat di Russak Dermatology Clinic Amanda Doyle menegaskan bahwa klaim tersebut belum terbukti secara ilmiah. Penelitian tentang hubungan sebab-akibat antara kanker dan penggunaan produk bedak yang tidak mengandung asbes juga belum dapat disimpulkan.

"Penggunaan bahan anorganik seperti garam aluminium dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi telah menjadi perhatian produsen dan konsumen," kata Doyle.

"Meskipun aluminium digunakan untuk mengobati hiperhidrosis. Beberapa kekhawatiran telah muncul tentang peran aluminium dalam kanker payudara, kista payudara, dan penyakit Alzheimer. Penyerapan aluminium oleh kulit belum sepenuhnya dipahami tetapi karsinogenisitas aluminium belum terbukti," imbuhnya.

Tips Meminimalisir Bau Badan Tanpa Deodoran
Doyle selanjutnya membagikan sejumlah tips agar bau badan tidak mengeluarkan aroma yang menyengat dan tidak sedap.

Pertama, mandi secara menyeluruh setiap hari, karena mandi merupakan cara paling penting dan efektif untuk menghindari bau badan yang tidak sedap.

Dalam proses pembersihan tubuh itu, seseorang juga harus fokus secara khusus untuk membasuh bagian wajah, ketiak, dan area kelamin secara intensif lantaran pada area-area tersebut cenderung memiliki lebih banyak keringat daripada bagian tubuh lainnya.

Kedua adalah mencegah keringat dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan, termasuk mengenakan pakaian katun yang longgar dan menggunakan pencuci antibakteri topikal seperti benzoil peroksida, atau resep antibiotik topikal seperti klindamisin.

Penulis : Hilwa Sayyidatul Afifah

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo