Source Of Life's

Kebodohan Manusia

Hidup ini tidak boleh lepas dari agama, kita juga tidak boleh menjadi sekuler, karena orang yang sekuler itu ketika mati tidak ada yang membela. Kalau kita membela Rasulullah, kita masih punya harapan kelak akan dibela Rasulullah. Silahkan membela apapun, tapi pastikan yang kita bela itu bisa membela kita di akhirat kelak. Karena orang paling tragis adalah orang yang membela sesuatu yang tidak akan bisa membelanya di hadapan Allah pada kehidupan di akhirat.

Kebodohan Terbesar Manusia

4 kebodohan besar yang paling dikecam dalam agama, apabila ke- bodohan melanda, bisa merusak tatanan kebaikan kehidupan manusia.

1. Kebodohan Terhadap Allah. Kebodohan yang paling besar mudharat -nya, dan paling besar efeknya pada kehidupan kita. Kebodohan ini sangat berbahaya, karena akan melahirkan banyak kerusakan.

2. Kebodohan Terhadap Rasulullah. Kebodohan yang menjadikan kita tidak mengetahui syariat yang harus dilakukan, attitude apa yang harus dijalankan. Padahal diutusnya Rasulullah bukan hanya untuk dikenang namanya, tetapi setiap perkataannya menjadi syariat.

3. Kebodohan Terhadap Agama. Kebodohan yang menyebabkan hadir- nya masalah dalam kehidupan kita. Akhirnya kita menjadi korban berbagai macam paham dan keyakinan yang pada dasarnya itu akan merusak diri sendiri. Kalau kita tidak mempunyai pegangan agama, lalu dari manakah akan lahir ketenangan?

4. Kebodohan Terhadap Diri Sendiri. Kebodohan yang sangat ber- bahaya ketika tidak mengenali bagaimana sifat kita. Akhirnya kita cenderung membabi buta, menjadi pengacara handal untuk selalu membenarkan sikap kita dan tidak pernah merasa bersalah.

Manusia adalah makhluk Allah, dan yang paling mengetahui makhluk- Nya adalah Allah sebagai Penciptanya. Masalahnya adalah ketika manu -sia sudah tercampur dengan materialisme & sekulerisme, mereka akan menolak keberadaan Allah. Ketika sudah terjadi, yang menjadi dampak -nya adalah kerusakan yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.

Interaksi dengan Allah

Ada 3 tahapan atau konsep ketika kita berinteraksi

- Mengenal

- Mengimani

- Menghadirkan

dengan Allah :

Ada orang siap mengenal Allah, tetapi belum tentu mau mengimani-Nya, karena banyak melahirkan komitmen. Tetapi kalau komitmen tersebut dijalankan, maka akan menghasilkan ketenangan, dan untuk mencapai ketenangan itu perlu untuk kita menghadirkan Allah. Maka ada yang mengenal Allah tetapi tidak mau mengimani, ada yang mengenal dan mengimani Allah tetapi tidak mau menghadirkan Allah, dia hanya seke- dar menjalankan ibadah untuk menghindarkannya dari ancaman siksa dan dosa, itu akan menimbulkan kegelisahan di dalam kehidupannya.

Syeikh Utsaimin menyampaikan, "Sumber kegelisahan manusia adalah ketika dia tidak mengenali Allah dengan seluruh sifat-Nya yang sem -purna, yang semua sifat itu sudah cukup bagi manusia untuk tidak membutuhkan siapapun dari makhluk ketika dia menyadari dan meng- hadirkan Allah yang begitu sempurna dalam mengatur kehidupannya."

Menghadirkan Allah itu susah, kita bisa saja mengimani Allah ketika berada di majelis ilmu, tapi belum tentu kita bisa menghadirkan Allah ketika selesai dari majelis ilmu tersebut. Maka PR besar kita di setiap waktu adalah menghadirkan Allah. Karena apapun episode kehidupan yang kita lewati, sebenarnya kita ini berpindah dari satu sifat Allah ke sifat Allah yang lain. Jika pada setiap yang kita lakukan ada sifat Allah yang membersamai kita, dan kita melatihnya setiap waktu, itulah yang menjadi sumber ketenangan pada kehidupan kita.

Salah satu sumber krisis kita saat ini adalah tidak pernah melibat- kan dan menghadirkan Allah dengan seluruh sifatnya yang sempurna dalam apapun yang kita jalani. Sehingga semua masalah tampak besar, karena kita tidak pernah berpegang kepada sesuatu yang lebih besar (Allah) dari pada masalah tersebut. Ada sebuah kalimat bijak, "Kalau sedang menghadapi sebuah masalah, katakan pada masalah itu : Saya punya Allah yang lebih besar daripada masalah yang saya hadapi."

Menghadirkan Allah

Maka makna Ihsan adalah kita melihat Allah atau kita merasa dilihat oleh Allah, itu merupakan ilmu tingkat tinggi. Wali Allah adalah mereka yang ketika berjalan hatinya tenang, bukan karena pujiannya, tetapi karena merasa terus diawasi oleh Allah dan mampu menghadirkan Allah dalam hidupnya, jadi tidak ada yang membuat mereka gelisah, karena mereka diatur oleh aturan Allah, bukan aturan manusia.

Kalau kita sudah tidak bergantung kepada aturan Allah, akhirnya kita bergantung kepada aturan manusia. Dan bergantung kepada aturan manusia itu melelahkan, karena ritme dan frekuensi manusia berbeda- beda. Kalau kita tidak mengenal Allah, setan akan mengambil kesem- patan untuk menjadikan kita bergantung kepada manusia. Akhirnya timbul kekecewaan karena yang lemah bergantung dengan yang lemah.

Mengimani Sifat-sifat Allah

Ketika kita terancam, kalau seluruh manusia memberi kejahatan apa- pun untuk kita, tapi ketika kita mengetahui bahwa yang bisa memberi manfaat & mudharat hanya Allah, kita akan merasa tenang. Kalaupun sudah terjadi, itu karena sudah menjadi ketetapan Allah. Maka orang yang betul-betul mengimani Allah dengan 99 sifat-Nya itu luar biasa.

Rasulullah bersabda "Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, siapapun yang menjaganya maka dia akan masuk Surga." (HR. Bukhari)

Melatih Diri Menghadirkan Allah

Cara menghadirkan Allah adalah dengan melatih diri setiap harinya, karena itu merupakan sumber kekuatan terbesar dalam kehidupan kita. Ketika kita menghadapi suatu keadaan apapun, maka yakinkan diri atas kehadiran-Nya, karena Allah lah yang menakdirkan semua peristiwa dalam kehidupan kita. Proses dalam menghadirkan Allah dalam kehidupan kita inilah yang sering gagal. Jadi Allah hanya dikenal secara normatif, tapi grade untuk mengenal Allah tidak pernah bertambah. Padahal yang bisa menciptakan ketenangan hanyalah Allah.

Menghadirkan Allah

Allah berfirman pada salah satu ayat "Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada)." (QS. Al-Fath : 4)

Penerapan dalam Mengimani Sifat-sifat Allah

Ketika kita merasa sendiri dan tidak ada orang yang menyayangi kita, maka pahami bahwa ada Allah Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang). Ketika kita gelisah karena pemutusan hubungan kerja, maka pahami ada Allah Ar-Razaq (Yang Maha Pemberi Rezeki). Ketika hati kita sesak karena berbagai macam hal, maka pahami ada Allah Al-Basith (Yang Maha Melapangkan). Ketika kita sedang sakit, maka pahami ada Allah Asy-Syaafii (Yang Maha Menyembuhkan). Ketika kita tidak di- hargai, pahami ada Allah Asy-Syakur (Yang Maha Membalas Kebaik- an). Ketika kita khawatir karena ada yang ingin berbuat jahat kepada kita, maka pahami ada Allah An-Nafi' (Yang Maha Memberi Manfaat).

Ibadah terpanjang adalah ketika kita mengenali, mengimani, dan menghadirkan Allah pada setiap lini kehidupan kita. Mengarahkan semua perkara yang kita hadapi karena Allah, kita tidak boleh menjadi raja/Tuhan kecil di dalam kehidupan kita. Karena memang seringkali kita menjadi raja/Tuhan kecil dalam kehidupan, terutama ketika sudah merasa punya gaji, rumah, bisnis yang sukses, dll. Tanpa sadar kita menciptakan raja/Tuhan kecil di dalam diri kita, lalu kota lupa dengan Tuhan Besar (Allah) yang telah menciptakan kita, itulah yang akan melahirkan problem-problem besar dalam kehidupan kita.

Ini yang membedakan antara kita dengan generasi umat sebelum kita. Mereka senantiasa mampu menghadirkan Allah di setiap kehidupan mereka. Makanya setiap permasalahan yang hadir tidak pernah membuat mereka terkubur dengan masalah yang mereka hadapi. Tetapi adanya masalah tersebut semakin membuat mereka mengenal Allah, itu yang menjadikan mereka memiliki ketenangan yang maksimal.

Lupa dengan Allah

Maka cara kita untuk mengenali Allah adalah dengan mengenali 99 sifat-Nya, bahkan lebih. Kalau kita sudah betul-betul mengenali dan menghadirkan Allah pada kehidupan, maka kita adalah Wali Allah.

Masalah yang Terjadi

Namun salah satu problem kita hari ini adalah seluruh aktivitas kita dengan media sosial itu sebenarnya sedang menyibukkan kita dengan makhluk, lalu kita lupa terkoneksi dengan Allah. Media sosial mampu menghadirkan makhluk dengan segala aktivitasnya. Ketika kita sudah lalai, akhirnya kita lupa kembali kepada Allah. Maka, Islam menganjur- kan kita untuk tidak terlalu banyak bergaul, karena akan men- jadikan kita terlalu sibuk dan menjadikan kita lupa dengan Allah.

Salah satu pendidikan terbaik untuk anak-anak kita adalah mengenal dan menghadirkan Allah. Mengaitkan diri dan apapun yang terjadi dalam hidup kita dengan Allah itu penting, supaya ritme pendidikan anak-anak kita nantinya tidak kembali kepada makhluk, dan kembali kepada Allah. Tetapi selama ini pendidikan mengenal dan menghadirkan Allah hanya dianggap sebagai pendidikan yang normatif.

Jujur Kepada Diri Sendiri

Jujurlah pada diri sendiri bahwa ketidaktenangan kita dalam hidup ini disebabkan karena kita tidak mengenal dan menghadirkan Allah pada kehidupan kita. Kita tidak pernah berupaya menyelami satu persatu sifat-sifat Allah yang sempurna. Mengenal dan menghadirkan Allah memang suatu perkara yang sulit bagi manusia.

Maka status tertinggi manusia adalah Mukhlis (orang yang ikhlas), dimana dia berhasil menghadirkan Allah dalam setiap apapun yang dia lakukan. Melakukan sesuatu karena Allah, dan meninggalkan sesuatu karena Allah, dan itu adalah sebuah interaksi yang jujur, bukan hanya lip service semata. Disitulah letak sumber ketenangan manusia, karena dia mampu menghadirkan Allah pada kesehariannya.

 Kayla Mumtaz Farhanah

Insight Cybermedia 

@kaylafarhanah

kaylakay.2727@gmail.com

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo