BERSUCI DARI PENYAKIT HATI "Tazkiyatun Nafs"

Definisi Tazkiyatun Nafs

Tazkiyatun Nafs diambil dari firman Allah dalam QS. Asy-Syams: 7-10:

ونَفْسٍ مَا سَونهَا فَالْهَمَهَا فُجورها وتقويهَا قَدْ أَفْلَحَ مَن رَكْهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَشَهَا

"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya."

Manusia akan beruntung ketika ia melakukan tazkiyatun nafs kare na manusia diilhamkan jalan fujur dan jalan taqwa, jadi dia bisa memiliki kecenderungan di antara menjadi baik atau menjadi buruk.

Tazkiyatun Nafs ialah proses untuk mensucikan jiwa dari penyakit-penyakitnya. Nafs memiliki ke- inginan, di dalam Bahasa Arab keinginan adalah 'Hawa', maka disebut dengan Hawa Nafs. Hawa adalah keinginan, Nafs adalah yang ada dalam diri manusia (syahwat), atau hakikat diri kita.

زين النَّاسِ حُبُّ الشَّهَوب من النِّسَاء والبنين والقناطير المقنطرة من الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَاعَةِ

والأنعام والحزب ذلك مناع الحيوة الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْقَابِ "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS. All Imran: 14)

Dari ayat tersebut, kita jadi mengetahui bahwa jiwa perlu sekali untuk disucikan Ketika nafs memiliki hawa (keinginan), keinginan inilah yang dilawan, kita perlu melawan hawa nafsu (mujahadatun nafs). Melawan bukan meniadakan, karena kecenderungan untuk menghilangkan ini ada pada diri sahabat Rasulullah. Kita memposisikan diri berada di tengah-tengah, yaitu dengan mengendalikan.

Urgensi Tazkiyatun Nafs

Urgensi melakukan pensucian jiwa di antaranya karena ada dorong- an atau keinginan hawa nafsu. Karena ketika hawa nafsu sudah berada dalam diri manusia, akan menimbulkan penyakit hati.

Rasulullah pernah bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qalbu." (HR Bukhari dan Muslim).

Imam al-Ghazali membahas 4 hal yang harus selalu disucikan: ar-Ruh, an-Nafs, al-Qalb, al-Aql. Penyebutannya berbeda-beda, kata Syaikh Ahmad al-Musayyar, dikutip dari Imam al-Ghazali, "Muttahidatudzat, Mukhtalifahtul Ibarat" bendanya satu, tetapi banyak nama karena berbeda sudut pandang. Keempatnya itu satu, dan sifatnya "Latifatun Rabbania" (halus dan datang dari Allah)

Disebut "Nafs" berkaitan dengan diri dan keinginan, dari kata nafs jadi "Tanaffasa- Yatanaffas" (bernafas). Karena ketika ada di dalam badan, kita bernafas dan bernafsu.

Disebut "Aql" karena orang Arab mengikat kepalanya dengan ghutrah (agal), dari kata "Aqitali". Ketika akal bisa mengikat hawa nafsu, maka orang tersebut akan aman.

Disebut "Ruh" karena bertiup, saat dimasukkan "Nafakhtufihi Ruh" dengan cara ditiupkan dan keluarnya pun bertiup.

Disebut "Qalb" karena sifatnya yang seringkali berbolak-balik, karena terkadang masalah hati kita harus berhati-hati.

Penyakit hati ada karena hati dihinggapi sesuatu yang bisa merusak, jika diperturutkan bisa hancur, merusak kesucian- nya. Maka Allah kirimkan ujian kepada kita, karena memang hidup di dunia ini penuh dengan ujian, nanti di akhirat pun masih ada interogasi, dan di Surga lah ujian tersebut akan usal. Disaat hati kotor, kita perlu mensucikannya, karena tidak mungkin menghadap Allah dengan hati yang kotor. Kita menghadap Allah harus dengan hati yang salim (bersih) dari segala penyakit hati sebagaimana dalam firman Allah,

يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من إلى الله بقلب سلام

"(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih," (QS. Asy-Syu'ara: 88-89)

قد أفلح من تزكَّن وذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

"Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat," (QS. Al-A'la : 14-15).

Artinya langkah pertama adalah mensucikan, setelah suci baru dzikir, maka para ulama membagi dengan melakukan "Takhali" (mengosongkan) dulu, baru melakukan "Tahali" (mengisi) Jadi urgensi kita melakukan tazkiyatun nafs adalah supaya ketika kita sudah membersihkan hati, kita bisa mengisinya dengan hal yang baik. Kemudian kita bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan murni, kemudian dari situlah kita bisa menghadap Allah dengan hati yang selamat tanpa penyakit.

Imam al-Ghazali mengilustrasikan seperti orang yang tangan kanan memegang bangkai tulang busuk, tangan kiri melempar anjing pakai batu. Tapi anjing tetap mengejar karena dia masih memegang bangkai tulang busuk yang harus nya dibuang dan dibersihkan terlebih dahulu.

Seperti orang dengan godaan setan, kemudian mengusir setan dengan berdzikir dan menyebut nama Allah, tetapi setan itu tetap datang karena ada pintu masuk dan ada penyakit yang setan sukai di dalamnya.

Maka bersihkan dahulu penyakit tersebut, karena itu pintu masuk yang bisa jadi malah kita yang mengundangnya. Karena bahaya ketika hati tidak bersih adalah malah akan mengundang setan.

Justru dari keinginan (hawa nafsu) yang buruk, lalu hati bisa menjadi kotor, ternyata akibatnya berkepanjangan, setan masuk dan menjadi betah di dalamnya. Artinya kita akan makin diajak menuju kepada keburukan, kesesatan, dan ingkar kepada Allah, Naudzubillahimindzalik.

Standar operasional setan adalah hanya mengipas, kalau percikan api tidak ada, maka setan tidak akan bisa hidup di dalam- nya. Sebagaimana Allah telah berfirman,

قال رب بما أغوينين لرئيس لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُعُونَتُهُمْ أَجْمَعِينَ

"la (Iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya." (QS. Al-Hijr: 39-40).

Perbedaan "Mukhlisin" dengan "Mukhlasin" adalah "Mukhlis al Kasbu" artinya kita yang berusaha, sedangkan "Mukhlas al Mauhibah" artinya pemberian dari Allah. Sebenarnya tidak ada yang bisa ikhlas kecuali dengan pertolongan Allah, tapi kita juga harus ikhtiar supaya Allah memberikan yang terbaik.

Metode Tazkiyatun Nafs

Mengidentifikasi dahulu, perlu memahami bahwa ada dzahir dan bathin. Orang yang hanya percaya dzahir dan tidak percaya pada bathin disebut dengan materialism. Namun di Barat banyak dikembangkan rumah-rumah spiritual, mereka sebenarnya ada kerinduan kepada hal yang sifatnya bathin, Ada yang sampai terkesan ketika mendengar suara adzan, inilah sentuhan tazkiyatun nafs.

Takhali mengosongkan jiwa, ruh, nafsu, akal (bendanya satu, hanya berbeda istilah), kosongkan itu semua dari penyakit-penyakitnya.

Tahali mengisi dengan akhlakul mahmudah setelah dikosongkan dari akhlakul mazmumah. Tidak boleh dibiarkan kosong, setelah dikosongkan harus segera diisi.

Seperti Rasulullah ketika kecil dibelah dadanya, kemudian dibersihkan dari penyakit-penyakit yang kotor. Setelah dibersihkan, malaikat Jibril datang membawa satu mangkuk dari emas berisi hikmah dan iman, dan disikan kepada Rasulullah sebelum Isra' Mi'raj.

Imam Yahya bin Muadz mengatakan obat hati ada 5: membaca Al-Qur'an dan maknanya, shalat malam, kumpul dengan orang shalih, memperbanyak puasa, memperpanjang dzikir malam.

Proses Tazkiyatun Nafs

Bermuhasabah dengan mengambil waktu jeda sejenak untuk berpikir dan mencari titik supaya merasakan bahwa ada sesuatu yang salah. Karena berbeda dengan penyakit yang dzahir yang bisa diidentifikasi dengan medis. Sedangkan penyakit batin hanya diri sendiri yang bisa memeriksa.

Umar bin Khattab : "Hendaklah

kalian menghisab diri kalian se belum kalian dihisab, hendaklah kalian menimbang diri kalian se belum kalian ditimbang, bersiap- siaplah ditampakkan amal

Maha Baik Allah dengan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Allah membiarkan yang mengetahuinya hanya diri kita saja. Allah tidak membuka segala cacat nafs dan penyakit hati kita. Dari situlah harusnya muncul rasa malu dari dalam diri kita terhadap Allah, itulah sejatinya level tertinggi dari sebuah ketakwaan.

Rasulullah bersabda, "Malu sebagian dari iman." (HR. Muslim). Makanya para Nabi dan Rasul sampai malu untuk berdoa kepada Allah, karena mereka telah mengenal dirinya dan mengenal Allah.

Membersihkan dengan memperbaiki hubungan dengan Allah, seperti dengan cara bertadzakur, bertaubat, beristighfar, shalat malam, atau dengan berbagai bentuk ibadah. Kemudian diisi menjadi sesuatu yang indah dan bersih.

Yang terpenting adalah kita harus kenal dan jujur pada diri sendiri, dengan itu kita bisa menemukan siapakah diri kita yang sebenarnya.

Sering-seringlah bermunajat atau berbisik dengan Allah, karena sesungguhnya kita memang harus ada waktu untuk diri kita sendiri bermuhasabah, me time bersama Allah. Mungkin bisa dengan mushaf yang tergenggam oleh jemari, dengan hati bersama ilahi, dan air mata mengalir di pipi.

Kayla Mumtaz Farhanah
UIN SGD Bandung
@kaylafarhanah

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo